Minggu, 15 April 2012

Islam penyelesaian masalah global saat ini ! !


Dalam era globalisasi ini banyak permasalahan yang terjadi, namun kebanyakan orang tidak dan enggan untuk mengetahuinya sehingga mereka tidak tersentuh dengan cara mengatasi permasalahannya. Pertama, saya akan menjelaskan ketimpangan social yang terjadi, namun dalam hakekatnya permasalahan dalam social ini sangat beragam, yaitu ketimpangan social dengan sesame jenis atau sering disebut kaum homo dan lesbi yang muncul pada zaman Nabi Luth, juga ada permasalahan social yang memperjual anak, banyak sekali yang terjadi permasalahan ketimpangan social ini, namun dilihat dari akar permasalahannya, masala ketimpangan social ini terjadi akibat dari ketimpangan yang terjadi dalam keluarga.
Permasalahan dalam keluarga ini bukan semata dari perlakuan suami yang semena-mena terhadap istrinya, namun ketimpangan social yang menjadi akar dan paling utama adalah masalah parental atau masalah dengan orang tua. Hal ini yang membuat saya berkata ini adalah paling utama adalah karena masalah ini menyangkut sosok diri kita sendiri, karena jauh sebelum kita mengenal orang lain kita sudah mengenal orang tua kita, juga dari hal tersebut manusia bisa menjadi orang yang baik atau orang buruk. Dari factor tersebut saya ungkapkan bahwa masalah parental adalah masalah yang paling mutlak yang mempengaruhi masalah ketimpangan social lain
Di dalam Islam, orang tua memiliki posisi yang sangat mulia,Islam memberikan penghormatan dan kemuliaan yang sangat tinggi kepada kedudukan orang tua, yang tidak dimiliki oleh system pemikiran manusia lain dalam dunia modern ini. Peran orang tua saat anak masih kecil adalah mengarahkan dan mendidik. Ketika anak telah dewasa, maka kewajiban anak kepada orang tuanya adalah untuk tetap memuliakan dan membalas kebaikan mereka.
Bahkan ketika kedua orang tua kita telah tua renta dan jompo, semakin tinggilah kewajiban seorang anak kepada mereka, sebagaiman dalam Al-qur’an, … dan jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada mereka kata, “ah!” Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Serta rendahkanlah dirimu kepada mereka berdua dengan penuh rasa kasih saying dan ucapkanlah, “Wahai Rabb kami, kaisilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik saya ketika saya kecil” (QS. Al isra ; 17:23-24).
Hal yang sama juga berlaku bahkan ketika sang orang tua adalah Muslim (non-Muslim). Tetap ada kewajiban bagi sang anak untuk menghormati keduanya dan memberikan kasih sayang kepada mereka,sebagaimana dalam hadist Nabi Muhammad SAW., Asma’ binti Abu bakar berkata, “Pada masa Nabi Muhammad SAW, pernah ibuku mengunjungiku karena kangen. Lalu, aku bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Apakah aku boleh menjalin silahturahmi dengannya?” Jawab Nabi Muhammad SAW. “Tentu saja!” Lalu, Turunlah firman ALLAH SWT., ALLAH SWT tidak melarang kalian dari orang-orang yang tidak memerangi kalian karena agama. (QS. Al Mumtahanah, 60:8) (Bukhari, kitab Al hibah, bab Al Hidayah lil Musyrikin; Muslim, Kitab Az zakat hadist no 49-50; Abu daud, dalam shahih-nya hadist no.1468.)
Selanjutnya adalah tentang ketimpangan politik, dalam masalah politik ini saya akan memberikan pengertian di bidang politik ini adalah dari leadership atau kepimpinan, karena dari permasalahan kepemimpinan ini akarnya yang terjadi di permasalahan politik lainnya.
Dalam ketimpangan politik ini, Islam menempatkan pemimpin yang adil dan amanah dalam derajat manusia yang tertinggi yang memperoleh berbagai penghargaan dan kehormatan. Diantaranya, ia termasuk kelompok pertama yang yang dinaungi oleh ALLAH SWT diantara tujuh kelompok utama yang dinaungi-Nya pada hari Kiamat.



Pemimpin yang demikian akan senantiasa dicintai dan didoakan oleh rakyatnya karena kebijaksanaanya memimpin rakyatnya. Dalam Hadist Riwayat Muslim no.2865, Nabi Muhammad SAW sampai menyatakan bahwa pemimpin yang demikian termasuk tiga golongan manusia yang paling utama dan paling berhak masuk surga, disamping yang kedua adalah orang yang lembut dan penyayang kepada keluarganya dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta.
Di dalam Islam, pemimpin yang seperti itu berhak dan wajib untuk ditaati. Syarat taat kepada pemimpin adalah mu’allaq/ bergantung pada apakah ia taat kepada ALLAH SWT dan Rasullah SAW atau tidak, karena jika terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan maka pemimpin tersebut senantiasa kembali kepada ALLAH SWT dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, pemimpin yang mempunyai sifat demikian sebenarnya telah menjadi ahli waris Nabi Muhammad SAW yang wajib ditaati sebagaiman sabda Nabi Muhammad SAW., “Barangsiapa yang tidak taat kapadaku, ia sama dengan tidak taat kepada ALLAH; barangsiapa yang taat kepada pemimpin (yang sesuai dengan syariat), ia sama dengan taat kepadaku; barangsiapa yang tidak taat kepada pemimpin (yang sesuai dengan syariat), ia sama dengan tidak taat kepadaku.” (H.R. Bukhari XIII/90;Muslim no 1835; Nasa’i VII/154).
Kemudian masalah ketimpangan ekonomi, masalah ini sebenarnya menurut saya merupakan masalah yang sangat serius dikarenakan perekonomian menjadi salah satu factor yang mempengaruhi kegiatan manusia itu sendiri, banyak manusia yang terjerumus atau mengkin putus asa dikarenakan dari permasalahan ekonomi ini, sehingga ketimpangan ekonomi ini menjadi permasalahan yang juga mendasar bagi umat islam.
Saya akan menjelaskan baagaimana keberadaan korupsi itu, karena tindak korupsi adalaj perbuatan ketimpangan ekonomi yang paling menyengsarakan orang lain dan juga membuat Negara atau kelompok orang lain menjadi miskin.

Korupsi atau mengambil hak orang lain tanpa sepengetahuan orang lain adalah terlarang. Setiap system kemasyarakatan di dunia, dari yang paling primitive hingga yang modern, memberikan pelbagai sanksi atas perbuatan tersebut. Sanksi yang dijatuhkan dapat berupa sanksi moral sampai dengan sanksi material dan fisik. Semua system kemanusiaan memiliki cara sendiri dalam memberikan sanksi kepada perampas hak milik ataupun kehormatan orang lain.
Sebagai system yang diturunkan oleh Yang Maha Mnegetahui Lagi Maha bijaksana, Islam telah menggariskan sebuah system sanksi sendiri terhadap para pelaku kezaliman. Akan tetapi, uniknya sanksi yang diterapkan Islam memiliki kelebihan dibandingkan dengan system buatan manusia, yaitu bahwa sanksi tersebut memiliki dua dimensi : dimensi fisik, yaitu dipotong tangannya dan dimensi metafisik, yaitu kemurkaan ALLAH SWT dan balasan di akherat kelak.
Islam telah memberantas suap dan korupsi pada tingkat yang sekecil-kecilnya. Lihatlah bagaimana Nabi Muhammad SAW telah mengharamkan hadiah-hadiah yang diberikan kepada seseorang karena jabatan yang dipikulnya. Hadiah tersebut diberikan karena dikaitkan dengan jabatan orang tersebut., ….Maka mengapa ia tidak diam saja dirumahnya(tidak menjabat apa-apa) hingga hadiah itu diberikan kepadanya?
Ketimpangan ekonomi ini selain terjadi dengan perbuatan mengadukan suatu perkara dengan tujuan mengambil sesuatu yang bukan miliknya dengan memperkarakannya di lembaga peradilan dan dengan melakukan perbuatan pengakuan terhadap hak orang lain melalui sumpah atau dibawah sumpah walaupun kecilnya sumpah tersebut akan mendapat balasannya dari hakim yang paling Maha adil, ALLAH SWT. Seperti hadist berikut, Siapa saja yan merampas hak seorang Muslim dengan sumpahnya, maka ALLAH benar-benar mewajibkan neraka baginya dan diharamkan surga untuknya. Lalu, seorang sahabat bertanya, “Walaupun yang dirampasnya itu sesuatu yang amat sedikit ya Rasullah?” Maka jawab Rasullah SAW. “Walaupun sekecil batang kayu arak (kayu untuk bersiwak).

Permasalahan yang terakhir yang saya bahas adalah tentang ketimpangan budaya, di zaman yang disebut zaman globalisasi ini orang-orang sudah melupakan bagaimana merawat dan menghargai lingkungan dan binatang disekitarnya, sehingga dari hal ini ketimpangan budaya ini sangat penting karena jika orang terus menerus merusak lingkungan maka mau tidak mau bumi ini akan musnah akibat ulah manusia itu sendiri, sehingga bagaimana kelak anak cucu kita akan tinggal jika bumi ini akan musnah.
Dari budaya yang terkecil adalah  tidak membuang sampah pada tempatnya, padahal di Islam sendiri telah menganjurkan kebersihan dikarenakan kebersiham itu adalah sebagian dari iman. Jauh sebelum Green peace mengikrarkan untuk menjaga bumi ini, Islam telah memetakan rambu-rambunya.
Tidak ada celah pun dalam kehidupan seorang Muslim yang tidak ditemui aturannya dalam Islam, dari cari mengelola Negara dan rakyat sampai dengan cara berbicara dan berjalanpun tidak lepas dari rambu-rambu Sang Maha peneliti lagi Maha Mengurus Makhluk-Nya. Demikian tinggi, indah, dan terperinci aturan Sang Maha rahman dan Maha rahim ini sehingga bukan hanya mencakup aturan bagi manusia, melainkan juga terhadap alam dan lingkungan hidupnya.
ALLAH SWT yang Maha Rahman dan Maha Rahim bahkan mengazab seorang ahli ibadah karena perbuatannya menyiksa binatang, sebagaimana dalam hadist berikut ini, Seorang wanita ahli ibadah disiksa akibat seekor kucing yang dikurungnya sehingga mati kelaparan. Maka akibat perbuatanya pada kucing tersebut, ia masuk neraka. Dikatakan kepadanya, “Engkau tidak memberikan makanan atau minuman kepadanya waktu engkau mengikatnya dan engkau pun tidak melepaskannya sehingga ia bisa memakan kutu-kutu yang merayap di tanah sehingga ia mati.” (H.R Bukhari kitab Al Masaqah, bab Fadhlu Saqyil Ma’i; dan Muslim kitab As salam hadist no 151.)
Sungguh dari hadist tersebut dapat dikatakan di dalam Islam terdapat system yang luar biasa dan tidaklah mungkin ada sebuah system di dunia ini yang mampu menempatkan kedudukan binatang dan lingkungan setinggi ini.

PANDANGAN ISLAM TENTANG MASALAH GLOBAL TERKINI

Dalam dunia yang semakin menciut ini, timbullah kebutuhan yang semakin mendesak tentang bagaimana seharusnya orang bergaul dengan oramg lain sesamanya, dan bagaimana hatus hidup berdampingan dengan alam yang melingkupinya. Orang mencari sesuatu jalan baru guna mengatur tata ekonomi baru bagi dunia.
Peradaban modern talah menyadari bahwa keadaan tidaklah damai lagi, karena dia telah dibelenggu oleh nafsu materiil yang tidak ada batasnya dan senantiasa disibukkan oleh segala macam ambisi yang tidak terkendalikan hampa dari setiap bimbingan spiritual.
Islam berpandangan bahwa ruangan hampa dalam jiwa manusia pada era ini telah menjerit meminta bimbingan spiritual, agar dapat membuat kehidupan ini cukup bernilai untuk dijalani, dengan kata lain orang modern telah mengalami kehampaan spiritual yang tak kalah berbahanya dari kelaparan jasmani.
Untuk itu tingkat spiritual hanya didapatkan dengan kita kembali kepada peringatan-peringatan dan pesan-pesan ALLAH Yang Maha Kuasa kepada kita agar tetap dapat menjalani kehidupan dengan baik dan dapat mengatasi masalah global. Sebagaimana bunyi ayat berikut, “Diumpamakan atas mereka kehinaan dimanapun mereka berada, kecuali apabila mereka berpegang teguh kepada tali ALLAH dan tali manusia. (Ali Imran-112).
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.”(Thaha 124)


AJARAN DAN NILAI ISLAM TENTANG KEADILAN DAN PEMERATAAN

Keadilan merupakan ajaran asasi setiap Nabi dan Rasul, dalam syariat Nabi terakhir, rumusan keadilan itu telah semakin jelas. Di atas landasan keadilan, langit dan bumi ditegakkan. Dengan keadilan pula, kemanusiaan terpelihara. Karena itu, setiap tindakan manusia harus mencerminkan keadilan.
Dalam persatuan kemanusiaan, keadilan menjadi symbol dan rambu jalan. Karena itu, diskriminasi dalam bentuk apapun harus dijatuhkan sehingga yang kuat dan lemah, kaya dan miskin, kerabat dan bukan kerabat, Muslim dan Non-Muslim, semuanya berdiri sejajar di atas permadani keadilan.
Keadilan dalam Islam adalah sesuatu yang mutlak. Harus detegakkan meskipun terhadap dirinya sendiri, kedua orang tua, atau kerabat karib. Keadilan harus berlaku dalam situasi damai, tetapi sangat diperlukan ketika bermusuhan atau situasi perang. Firman ALLAH, “…Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil…” (Al-Ma’idah 5:8).
Sikap moderat dan seimbang adalah watak syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. “Apabila setiap agama mempunyai ciri khas, maka cirri khas Islam sesungguhnya adalah keadilan sebagai komitmennya yang abadi untuk ditegakkan. Ia berfungsi layaknya sebuah timbangan emas dalam mendristrubusikan berbagai hak dan melindunginya demi kesejahteraan hidup manusia.”
Islam itu agama yang berimbang. Ajaran-ajarannya menentang setiap bentuk berlebih-lebihan dalam kehidupan manusia, Maka kepercayaan kepada orang modern sebagai serba kuasa adalah suatu gambaran yang berlebih-lebihan yang menyesatkan.


CARA ISLAM MEMBANGUN KEADILAN DAN PEMERATAAN KESEJAHTERAAN UMAT MANUSIA

Berbagai macam cara untuk membangun keadilan dan pemerataan kesejahteraan umat manusis, yaitu :
1.      Dalam Islam, pertama adalah dengan niat terlebih dahulu dan berusaha dengan sebaik-baiknya dengan cara yang baik, seperti hadist berikut “Pada hari itu manusia-manusia tampil kedepan dalam kelompok-kelompok yang telah dibeda-bedakan, untuk ditunjukkan perbuatan-perbuatan mereka yang telah mereka lakukan. Maka barangsiapa telah melakukan sesuatu perbuatan baik walaupun sezarah, dia akan melihatnya. Dan barangsiapa yang melakukan perbuatan jahat walaupun sezarah, diapun akan melihatnya.”
2.      Ikut memajukan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi untuk kemajuan materiil dan pembangunan namun tetap dalam kerangka ibadah untuk memperoleh keridhaan ALLAH SWT.
3.      Islam itu menghendaki dibangunnya kembali tuntunan illahi dalam setiap aspek kehidupan manusia, karena telah menjadi kenyataan yang terbukti bahwa kemajuan materiil tanpa diimbangi dengan bimbingan spiritual akan melahirkan seseorang yang terasing, tidak damai dalam hubungannya dengan dirinya pribadi, dengan orang lain, bahkan dengan ALLAH, sang pencipta.
4.      Melakukan dengan perbuatan yang sungguh-sungguh dan tetap konsisten demi tercapainya tujuan tersebut guna mendapatkan keridhaan ALLAH SWT.
5.      Islam memberikan umat muslim untuk menggunakan teknologi modern yang bertujuan memberikan manfaat bagi umat manusia.
SIKAP DAN PERAN PEMUDA DAN UMAT ISLAM DALAM MENGHADAPI DAN MENYELESAIKAN MASALAH GLOBAL.

Sikap seorang muslim dengan perubahan pada era globalisasi ini adalah dapat menerimanya dengan lapang dada namun tidak ikut dalam pengaruhnya, hal ini didasari atas keberadaan manusia itu sendiri, sehingga dengan penerimaan tersebut maka mengungkapkan manusia yang ideal dalam menanggapi perubahan yang terjadi.
Dalam peran yang harus dijalankan dalam era globalisasi ini, peran pemuda menjadi sangat penting karena saat zaman sekarang pemuda adalah satu-satunya generasi yang meneruskan kepemimpinan di bumi ini. Untuk melakukan hal tersebut maka pemuda tersebut harus dipelajari dan memiliki sifat adil dan shibghah, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 143 dan 138. “…Umat yang adil agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatan kamu”. (AL-Baqarah:143).
“Shibghah ALLAH, Dan siapakah yang lebih baik shibhgahnya daripada ALLAH? Dan kepadaNyalah kami menyembah.”(AL-Baqarah:138).
Selain factor tersebut adapun tambahannya adalah para pemuda tersebut harus diperkaya dengan cara bagaimana seharusnya berfikir kernih, hal ini dapat menjadikan pemuda tersebut berbuat dam berfikir jitu. Selain itu mempunyai cara berfikir unggul dan dapat menciptakan karya unggul yang bermanfaat.
Dan dengan disempurnakan dengan AL-Qur’an dan Sunnah, seperti surat Al-Baqarah, 2 :255 tentang anjuran untuk banyak berbuat yang mendukung usaha perbaikan taraf hidup rakyat, dan lain-lain. Ini adalah beberapa factor yang mungkin dapat menyelesaikan permasalahan global sekarang ini, namun perbuatannya tetap harus dilakukan dengan istiqomah dan konsisten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar